Selasa, 08 November 2011

world summit batik icon pekalongan

perkembangan batik sekarang semakin maju , boleh dikatakan sejajar dengan busana yang lain apalagi sekarang
sudah terdaftar badan dunia seperti unesco,...tapi pertanyaanya siapa dibalik semua yang lebih diuntungkan?
fenomena sejarah batik yang sekarang cenderung keluar dari aslinya sering menjadi bahan inspirasi atau komoditi bagai perancang2 mode ternama baik warna , bahan dan motif daripada batik itu, kalau dilihat dari segi perjalanan batik itu sendiri banyak yang mengalami kegagalan bagi para usahawan tak jarang mereka mengeluhkan keadaan yng dialaminya baik itu dari segi pengrajin maupun pedagang, pengrajin sendiri dikeluhkan oleh keadaan sarana yang kurang menunjang dari pemerintah,padahal  mereka bayak yang berkarya lewat seni penciptaan motif sampai warna, yang menjadi masalah dalam pemprosesan mereka tidak memikirkan bagaimana pengaruh limbah dari hasil kimia yang meresap ketanah, lambat taun pasti akan terjadi pencemaran baik dari segi air maupun tumbuhan nantinya tidak akan tumbuh subur, menjadi dilema sangat panjang dilain sisi mereka butuh produksi untuk pemasaran dilain pihak mereka terbentur dengan komplenya masarakat sekelilingnya yang mengeluhkan air dan ladangnya kini yg tercemar, belum lagi mereka harus berlomba saingan harga dengan pengrajin lain akibat dari pemain pedagang kapitalis, belum lagi ada yang kena tipu sampai ludes harta bendanya, akibat dari sdm yang kurang memadai dlm tata cara transaksi mereka dipermainkan dan menjadi lahan empuk bagi pedagang kapitalis, bagaimana tidak upah yang mereka terima tidak layak untuk penghasilan atau karya mereka yang mana para pengrajin batik itu sendiri menciptakan motif batik untuk bisa digemari masarakat, padahal dari segi keuntungan pedagang jauh lebih tinggi penghasilanya apa lagi motifnya bisa laku di pasaran,
ironis memang makanya era batik sekarang banyak yang memakai cara instan dalam pemprosesan dan jadilah seni batik kontemporer yang akibatnya kwalitas batik tersebut buruk atau cepat pudar warnanya, bisa dihitung pengrajin yang masih bertahan dengan karaker batik aslinya, mereka bisa karena aksesnya ada dan terarah kepasaran yang bagus, beda dengan pengrajin yang cara prosesnya instan, daerah pekalongan sendiri ekonomi sekarang ditopang oleh batik setelah di sektor perikanan mengalami pailit akibat dari krismon dan bisa dihitung pengrajin disana, dari semua pengusaha yang terjun di dunia batik hanya 10% pengrajin batik pakem atau seni batik yang klasik, mereka sebetulnya pahlawan daerah tersebut yang mana dari merekalah pekalongan menjadi icon batik dunia menjadi kebanggaan kota tersebut dan menjadi terkenalnya pimpimnan daerah tersebut, tapi apa yang mereka beri bagi pengrajin kecil, apa yang mereka subsidikan pada pengrajin batik yang mereka keluhkan dan permohonanya hampir tidak di dengar oleh pemerintah
kalau dilihat pemerintah justru melirik ke pemasaran mereka justru kebanyakan ditunjang dari bantuan dana maupun sarana untuk pemasaran , seperti dari bank2 pemerintah maupun anggaran program2 UKM yg pemerintah bikin, dan terjadilah singkronisasi dari pihak pengrajin karena keuntungan sepenuhnya milik pemasaran atau pedagang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer