Sabtu, 29 Juni 2013

MENGURAI SEPINTAS DUNIA SPIRITUAL (GUSDUR)

Gus Dur mengajak Kiai Agiel jalan-jalan untuk mencari seorang wali. Kemudian Kiai Agiel bertemu seseorang yang memakai surban tinggi sedang mengajar dan memiliki banyak santri. Kiayi Agiel pun bertanya kepasa Gus Dur,"Apa ini wali, Gus?" Gus Dur menjawab, "Bukan." Akhirnya mereka mencari lagi dan bertemu seseorang yang memakai surban dengan jidat hitam. Lagi-lagi Gus Dur berkata,"Bukan ini." Sampai akhirnya Gus Dur menghentikan langkah di dekat seseroang yang bersurban kecil biasa, duduk di atas sajadah."Inilah wali," ujar Gus Dur singkat namun mantap. Ternyata tujuan mencari wali ialah agar Gus Dur didoakan oleh sang wali. Akhirnya, wali ini berdoa untuk Gus Dur. Usai berdoa, sang wali pergi sambil menyeret sajadahnya dan berucap lirih, "Ya Rabbi, ma dzanbi hatta tu'arrifuni (Ya Tuhanku, apa dosaku sehingga ada orang yang mengetahui maqom-ku (kedudukanku)?" Banyak kejadian atau ucapan Gus Dur semasa hidup yang tidak terjangkau oleh logika kebanyakan orang. Kejadian-kejadian yang terasa janggal, tetapi benar adanya sehingga banyak orang berpendapat bahwa Gus Dur memiliki keistimewaan tersendiri. "Hal yang misterius dan hanya Allah yang tahu, selain jodoh, maut, rejeki, adalah Gus Dur."

 KE II TAMU MISTERI DARI ATCEH Sebagai tokoh yang dihormati dan dikagumi banyak orang, rumah Gus Dur tak pernah sepi dari kunjungan para tamu, baik dari warga NU, pejabat, politisi, wartawan dan sebagainya. Gus Dur menerima tamu-tamunya biasanya dengan pakaian non formal. Karena kondisi fisiknya yang sudah lemah, biasanya para tamu diajak mengobrol sambil tiduran. Nuruddin Hidayat, salah satu santri Gus Dur suatu ketika merasa terheran-heran ketika ada tamu, Gus Dur minta untuk digantikan pakaiannya dengan kain sarung dan peci, seperti ketika mau sholat Idul Fitri.
Seumur-umur ia belum pernah melihat Gus Dur seperti itu. Rombongan tamu tersebut sampai ditahan-tahan agar tidak masuk rumah dahulu, sampai Gus Dur dipinjami salah satu sarung milik santrinya agar bisa cepat berganti pakaian. Tamu, yang diketahuinya ternyata dari Aceh tersebut berpakaian sederhana, dekil, dan memakai celana seperti yang biasa dipakai oleh bakul dawet (penjual dawet). Tamu tersebut diantar oleh aktifitis Aceh. Perilaku Gus Dur dan tamunya juga aneh. Setelah keduanya bersalaman, Gus Dur pun duduk di karpet, demikian pula tamunya, tetapi tak ada obrolan diantara keduanya. Gus Dur tidur, tamunya juga tidur, suasana menjadi sunyi yang berlangsung sekitar 15 menit. Setelah sang tamu bangun, ia langsung pamit pulang, tak ada pembicaraan. Udin, panggilan akrab Nuruddin, karena merasa penasaran, segera setelah tamu pergi bertanya kepada Gus Dur. Udin: “Gus, ngak biasanya menerima tamu seperti ini” Gus Dur: “Itu Wali” Udin: “Apa ada wali seperti itu selain beliau di Indonesia” Gus Dur: “Tidak ada, adanya di Sudan”
Orang yang sangat dihormati Gus Dur tersebut ternyata adalah almarhum Tgk Ibrahim Woyla dari Woyla Aceh Barat. Tokoh ini merupakan orang yang sangat dihormati di Aceh. Masyarakat Aceh memanggilnya “Tgk Beurahim Wayla” dan percaya bahwa ia sering menunaikan sholat Jum’at di Makkah dan kembali pada hari itu juga. Menurut Cerita, masyarakat disana, dia bisa berjalan cepat dan lebih cepat dari mobil. Dia jarang naik bus, tapi lebih senang berjalan kaki.
 Ia juga dipercaya bisa menghilang Ada orang yang menyebutnya sebagai “dewa tidur”, yang menghabiskan hari-harinya dengan tidur. Tgk.Ibrahim Woyla juga bisa mengetahui perilaku seseorang dan sering sekali orang yang menemui beliau dibacakan kesalahannya untuk di perbaiki. Sebelum terjadinya tsunami,
Abu Ibrahim yang pernah mengatakan ”air laut bakal naik sampai setinggi pohon kelapa, terbukti tsunami. Posisi tidur Abu yang dianggap aneh (melengkung/ meukewien) ucapannya sedih melihat manusia banyak seperti hewan serta mengatakan dunia ini sudah semakin sempit dan masih banyak cerita gaib yang menjadi kan ulama kharismatik ini selalu dicari-cari hanya untuk dimintai berkahnya. Tokoh kharismatik ini baru meninggal Juli 2009 lalu dalam usia 90 tahun di kediamannya di Desa Pasi Aceh Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat dan dikebumikan tak jauh dari rumahnya.
 Ribuan pelayat memberinya penghormatan terakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer